Blogger Template by Blogcrowds

1.Analisis Hubungan nilai debt to equity ratio dengan harga saham penutupan 2004-2008.

Debt to equity ratio (DER) dari tahun 2004-2005 mengalami kenaikan sebesar 0,0581. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan utang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah besar, maka resiko perusahaan juga akan bertambah. Namun dari tahun 2005-2007 mengalami penurunan yang cukup drastis hinga mencapai 0,1961. Hal ini menunjukkan bahwa utang perusahaan semakin kecil dan biaya modal juga semakin kecil maka resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan semakin kecil. Sedangkan pada tahun 2007-2008, DER mengalami kenaikan sebesar 0,0421. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun ini adanya penggunaan utang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah besar, maka resiko yang ditanggung perusahaan di tahun 2008 juga akan akan semakin besar.


Dari grafik harga penutupan saham tahun 2004-2008, terlihat bahwa keadaan saham perusahaan Darya Varia naik dari tahun 2004-2007. Dimana pada tahun 2005 mengalami kenaikan harga saham sebesar Rp 50, di tahun 2006 juga naik Rp 760 dan di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp 90, sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar Rp 640. Dari grafik hubungan DER dengan harga penutupan saham tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa hubungan antara DER dan harga penutupan saham berbanding terbalik.


2.Analisis Hubungan struktur modal dengan nilai perusahaan.

Analisis struktur modal mengacu pada sumber pendanaan perusahaan yaitu pendanaan ekuitas dan hutang. Analisis kebijakan struktur modal tersebut membantu perusahaan untuk menentukan suatu pilihan pendanaan yang paling baik digunakan dalam mengambil suatu keputusan.

Rasio utang terhadap ekuitas mengalami penurunan di tahun 2005 sampai dengan 2007 jika dibandingkan tahun-tahun lainnya. Semakin rendah rasio, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.


Analisis Manajemen Modal Kerja Darya-Varia

Modal kerja bersih dari tahun 2004-2008 semakin meningkat dimana pada tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar Rp 77.796.445, kemudian di tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp 37.911.531, di tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp 10.475.830, dan di tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar Rp 17.939.860.

Kenaikan modal kerja bersih dari tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan Darya-Varia mampu menutupi hutang lancar perusahaan. Aktiva lancar yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan mengakibatkan resiko ketidakmampuan perusahaan membayar tagihan tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah.


CCC adalah penjumlahan dari hari penjualan yang masih beredar dan hari persediaan dikurangi hari utang dagang yang masih beredar.


1. Receivables conversion period
Pada tahun 2004, periode penerimaan piutang selama 93 hari, Pada tahun 2005-2007 periode penerimaan piutang mengalami peningkatan, di tahun 2005 selama 94 hari, tahun 2006 selama 97 hari, dan tahun 2007 selama 101 hari. Sedangkan di tahun 2008 mengalami kemunduran selama 93 hari. Semakin singkat periode penerimaan piutang maka semakin kecil pula nominal CCC yang berarti semakin besar pula dana yang dapat digunakan untuk mendanai biaya operasional perusahaan yang pada akhirnya dapat mengulangi kembali siklus ini.

2. Inventory conversion period
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi hingga barang terjual pada tahun 2004 adalah 148 hari. Pada tahun 2005 dan 2006 perusahaan mengalami kemunduran dalam periode konversi persediaan menjadi 135 hari di tahun 2005 dan 121 hari di tahun 2006. Namun pada tahun 2007 perusahaan mengalami kemajuan dengan semakin pendek periode konversi persediaan selama 146 hari, sedangkan di tahun 2008 kembali mengalami kemunduran menjadi 107 hari.

3. Payables deferral method
Pada tahun 2004 periode penangguhan utang selama 128 hari dan pada tahun 2005 bertambah menjadi 145 hari. Pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan mengalami penurunan menjadi 94 hari di tahun 2006 dan 88 hari di tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2008, periode penangguhan utang meningkat menjadi 113 hari. Semakin besar periode penangguhan utang maka semakin baik bagi perusahaan sehingga periode penangguhan dari tahun 2004-2008, paling baik pada tahun 2008.


Kesimpulan

1. Analisis hubungan nilai debt to equity ratio dengan harga saham penutupan 2004-2008.

Dari grafik di atas terlihat bahwa debt to equity ratio (DER) dari tahun 2004-2005 mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan utang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah besar, maka resiko perusahaan juga akan bertambah. Dari grafik hubungan DER dengan harga penutupan saham tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa hubungan antara DER dan harga penutupan saham berbanding terbalik.

2. Analisis hubungan struktur modal dengan nilai perusahaan.

Penggunaan utang meningkatkan resiko perusahaan, tetapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan resiko dan keuntungan perusahaan. Jumlah ekuitas dari tahun 2004-2008 mengalami kenaikan, namun jumlah hutang mengalami kenaikan dan penurunan. Dengan memperhatikan ekuitas yang terus naik dari tahun 2004-2008 dan hutang yang naik turun akan mengakibatkan harga penutupan saham mengalami kenaikan di tahun 2004-2007 kemudian mengalami penurunan di tahun 2008.

3. Modal Kerja Perusahaan tahun 2004-2008.

Modal kerja bersih (Net Working Capital / NWC) yaitu selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar yang mana asset tersebut diharapkan bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Kenaikan modal kerja bersih dari tahun 2004-2008 menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan Darya-Varia mampu menutupi hutang lancar perusahaan. Aktiva lancar yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan mengakibatkan resiko ketidakmampuan perusahaan membayar tagihan tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah.

CCC (Cash Convertion Cycle) dari suatu perusahaan merupakan jangka waktu yang diperlukan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan-bahan mentah sampai dengan pengumpulan hasil penjualan barang jadi yang dibuat dengan bahan mentah tersebut. CCC dapat dihitung dari periode penerimaan piutang ditambah dengan periode konversi persediaan dan dikurangi dengan periode penanggguhan utang. Semakin singkat siklus konversi kas maka hal ini akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan. CCC yang terbaik pada tahun 2006 selama 313 hari karena semakin kecil CCC maka semakin baik perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi. Semakin tinggi CCC maka akan semakin tinggi biaya pendanaan eksternal.



Postingan Lama